Baru-baru ini tersebar kabar di media bahwa ada seorang Ulama yang wafat saat melaksanakan shalat jenazah. Kyai Haji Toto Tasmara dikabarkan telah berpulang ke Rahmatullah pada pukul 13.40 WIB saat sedang memimpin shalat jenazah di Palembang. Siapa sebenarnya KH. Toto Tasmara? Mungkin banyak ummat Islam yang masih belum mengetahuinya terutama yang berada di luar Sumatera dan Jawa Barat.
Dikutip dari situs icmi.or.id, beliau adalah ulama yang dilahirkan di Banjar, Ciamis, Jawa Barat, pada tanggal 10 November 1948 silam dalam lingkungan keluarga yang sufistik sehingga memberikan pengaruh kejiwaan padanya. Hal ini membuat kumpulan tulisan maupun puisinya syarat dengan nuansa sufistik.
Kehidupan beliau diabdikan untuk gerakan dakwah yang olehnya disingkat Geradah. Pada 1976, beliau mendirikan BKPMI atau Badan Komunikasi Pemuda Masjid Indonesia yang ternyata justru mengantarkannya masuk penjara karena dakwahnya yang “menyengat” dan “mengusik” stabilitas penguasa pada waktu Orde Baru. Baginya, penjara adalah sebuah “Pesantren” tempat ber-uzlah ‘menyendiri’ sehingga beliau mampu melakukan perenungan dan melahap ratusan buku dengan tenang.
Dua tahun kemudian, beliau kembali mendirikan Badan Koordinasi Mubaligh se-Indonesia (Bakomubin), lembaga ini didirikan untuk meningkatkan kualitas dan pencerahan para mubaligh.
Di samping sebagai mujahid dakwah, KH Toto Tasmara juga mantan eksekutif yang piawai. Ia pernah menduduki jabatan eksekutif di perusahaan multinasional, seperti: PT Singer, PT Richardson Merrel, Nixdorf, serta perusahaan lainnya. Bahkan beliau sempat menjadi vice president di salah satu bank swasta, Subhanallah....
Dari tahun 1992 sampai dengan 1996, beliau menduduki jabatan Corporate Secretary PT. Humpuss. Pada tahun 1997, beliau keluar dari perusahaan tersebut dan mengabdi sepenuhnya pada bidang dakwah dan menjadi konsultan Sumber Daya Manusia di Labmend (Laboratory for Management and Mental Development) yang bergerak di bidang pelatihan manajemen dan spiritual.
Pada saat jabatan terakhir tersebut, gairah dakwahnya semakin menjadi-jadi. Untuk pertama kalinya, ia memprakarsai “gema adzan” yang menggaung disebuah gedung mewah, kemudian merambah ke perusahaan-perusahaan yang pimpinannya juga mempunyai gairah islamiah. Dibuatnya Buletin Percikan Dakwah setiap hari Jumat dan kemudian menjadi sebuah buku Percikan Dakwah.
Pengembangan pesantren kilat yang ditekuninya sejak tahun 80-an: Super Achievement Motivation dan Etos Kerja (SAMTEK), Tarbiyatul Qolbu, Kuliyatul Mubalighin, Kepemimpinan Situasional, dan Kristologi, merupakan paket-paket andalan Labmend menyelenggarakan berbagai kegiatan pelatihan yang dirancang khusus untuk para pemuda, pelajar dan mahasiswa, termasuk program rehabilitasi korban narkoba dengan metode pencerahan hati (tarbiyatul qalbi) yang dipusatkan di Pesantren Al-Magfirah, Gunung Gelius, Gadog, Bogor, Jawa Barat. Semoga kembali lahir ulama-ulama muda yang seperti beliau, rela meninggalkan jabatan tinggi untuk berdakwah di jalan Allah.